Kaliini kita akan belajar tentang perilaku dan kegiatan orang-orang di sekitar tempat tinggal yang dapat merusak lingkungan. Pada buku tema 9 kelas 4 SD dan MI, Adik-adik akan mendapat tugas wawancara. Lalu, menulis hasil wawancara pada sebuah tabel di halaman 108. Ceritakantentang lingkungan tempat tinggalmu. Nyamankah kamu dengan lingkungan tempat tinggalmu? Apa alasanmu? Tuliskan cerita pada selembar kertas. Kemudian, bacakan di depan teman-temanmu. Contoh Cerita Tentang Tempat Tinggal. Aku nyaman dengan tempat tinggalku sekarang karena di lingkungan tempat tinggalku masih banyak lahan persawahan dan Inilahbuatlah brosur yang berisi tentang denah lingkungan tempat tinggalmu dan hal lain yang berhubungan erat dengan buatlah brosur yang berisi tentang denah lingkungan tempat tinggalmu serta aspek K3 secara umum di Indonesia. Aspek K3 Bekerja di Ketinggian dan tempat kerja KepDirjen No. KEP 48/PPK & K3/VIII/2015 tentang Kompetensi Ahli K3 Listrik KepDirjen No. 311 Tahun 2002 tentang Kompetensi Teknisi K3 Listrik Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. - Ceritakan pengalamanmu tentang hidup rukun di lingkungan tempat tinggalmu! Jelaskan tentang. Pernyataan di atas merupakan soal Buku Tematik Tema 2 Kelas 6 Halaman 11. Simak jawaban Buku Tematik yang ditujukan bagi orang tua dalam mengawasi anak belajar di rumah. Bagi para siswa diharapkan dapat mencari jawaban sendiri. Baca juga Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 6 Halaman 10, 11, 14, 15, Pembelajaran 2 Subtema 1 Rukun Dalam Perbedaan Baca juga Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 6 Halaman 3, 4, 6 dan 7, Pembelajaran 1 Subtema 1 Rukun Dalam Perbedaan Baca juga Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 6 Halaman 150 dan 152, Pembelajaran 6 Subtema 3, Selamatkan Makhluk Hidup Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 6 Halaman 11 Ceritakan pengalamanmu tentang hidup rukun di lingkungan tempat tinggalmu! Jelaskan tentang 1. Perbedaan yang ada, 2. Kegiatan yang dilakukan warga bersama-sama secara rukun, 3. Sikapmu dan sikap keluargamu terhadap perbedaan tersebut, 4. Apa manfaat yang kamu rasakan dari hidup rukun. Hidup rukun dapat kita jumpai di mana saja. Hidup rukun juga dapat kita lihat dalam kehidupan di sekitar kita misalnya saja di sekolah. Dalam satu kelas siswa memiliki latar yang berbeda-beda baik latar budaya maupun latar agama. Seperti yang terjadi di kelasku saat ini. Dari semua siswa dikelasku ternyata berasal dari daerah yang berbeda beda. Wawan berasal dari Jawa Barat, Albert berasal dari Maluku, Edison Manurung bersal dari Sumatera Utara. Asal daerah juga berpengaruh terhadap agama yang mereka anut seperti disebutkan dii atas Wawan beragama Islam, Albet beragama Kristen, dan Edison beragama Katholik. Namun perbedaan yang ada tidak menghalangi kami untuk selalu bekerjasama dan saling membantu. Misalnya saja saat mendapat tugas kelompok kami dapat bekerja sama dengan baik. Dalam segala kegiatan kami selalu bekerjasama. Dengan hidup rukun ternyata kita mendapatkan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang kita peroleh diantaranya adalah komunikasi menjadi semakin baik sehingga menciptakan persatuan dan jesatuan. Kerukunan juga menambah teman dan menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat. Hidup rukun sangat bermanfaat dalam hidup bermasyarakat. Ayo Berkreasi Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Sesuai dengan sebutannya, cerpen adalah salah satu jenis jenis prosa baru. Berbeda dari jenis jenis prosa lain seperti roman, hikayat, dan novel, cerpen ditulis dengan kurang dari kata. Cerpen memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik sama halnya dengan novel atau novella, perbedaannya cerpen lebih fokus pada satu kejadian, plot tunggal, jumlah tokoh terbatas serta waktu yang singkat. Ada macam macam cerpen yang telah dibahas pada artikel sebelumnya. Telah dibahas juga ciri ciri, struktur, unsur serta beberapa contoh cerpen singkat tentang lingkungan. Artikel ini akan memberikan contoh cerpen singkat lingkungan alam. Contoh 1 Bumi Tak Seindah Dulu karya Jesyca Tina Sangat memprihatinkan keadaan bumi saat ini, bencana seolah olah tak kunjung hilang dari muka bumi. Berbagai macam bencana yang sering melanda bumi, dikarenakan ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, memelihara lingkungan alam. Bahkan makhluk yang lain turut menjadi korbannya, hingga angka keberadaannya diambang kepunahan dan nyaris, ada juga yang benar benar tidak ada lagi, di muka bumi. Apakah manusia termasuk makhluk yang serakah dan mementingkan dirinya sendiri? jawabannya kembalikan pada diri sendiri, dan renungilah kejadian ini. Layar laptop memperlihatkan betapa parahnya kondisi lingkungan alam, sangat jelas terpampang di hadapanku, manusia yang melakukan ilegal logging, pencurian hewan langka secara ilegal, perdagangan hewan ilegal, itu semua beberapa contoh dari kerusakan lingkungan alam. Perlahan lahan air mataku mulai menetes, aku tak kuasa melihat sekelompok orang, yang melakukan tindakan itu. Tiba tiba, ibu datang sambil membawa secangkir teh hangat “Minum dulu tehnya, nak” kata ibuku. “Iya bu” beliau juga, turut melihat deretan videonya “Entah sampai kapan, manusia melakukan semua itu, secepatnya kita harus melakukan pencegahan” lanjut ibu yang kebetulan seorang aktivis lingkungan. “Iya bu, kalau tidak segera ditangani akibatnya sangat fatal” jawabku khawatir. Setelah melihat video tersebut, ibu bercerita tentang kondisi lingkungan alam desaku, pada saat ibu masih muda “Kalau kamu tau sya, lingkungan desa kita, sekarang jauh berbeda dengan dahulu, dulu itu setiap warga di sini sangat antusias menanam berbagai jenis tumbuhan di depan rumahnya, sehingga desa kita menjadi sangat rindang dan sejuk, hutan desa dulunya, menjadi habitat banyak rusa, tetapi sekarang warga justru memburunya dan akhirnya punah, dulu ibu sering bermain dengan rusa rusa itu, semua warga sangat menyadari pentingnya menjaga lingkungan alam, tetapi, seiring dengan kemajuan teknologi, warga justru berbuat seenaknya pada lingkungan” jelas ibu. “Ibu, berikan dukungan pada nasya dan generasi nasya, agar bisa terus menjaga lingkungan” ucapku bersemangat “Mudah mudahan itu bisa tercapai, dan usaha ibu untuk mensosialisasikan peduli lingkungan, bisa membuahkan hasil yang baik” kata ibu berharap “Aamiin bu..” Suatu hari, desaku kedatangan banyak orang orang berseragam proyek dan berbagai macam alat berat, seketika aku kaget melihatnya, semua warga tampak antusias dan senang atas kedatangan mereka, hal itu yang membuatku merasa bingung dan heran. Lalu, tanpa berpikir panjang, aku segera menemui ibu di ruang kerjanya. “Permisi, bu” ibu langsung menghentikan kegiatan menulisnya “Iya, nak ada apa?” tanya ibu. “Ada hal, yang sangat penting bu” jawabku cemas. “Penting? memangnya ada apa, nak?” tanya ibu penasaran “Ada sekelompok orang proyek, datang ke desa, mereka menuju ke hutan, kelihatannya mereka ingin melakukan pembebasan lahan” jelasku. Ibu terdiam, lalu dia segera meninggalkanku dan menelepon seseorang. Selesai menelpon, ekspresi ibu terlihat marah dan kecewa sekali, tiba tiba ibu menggebrak meja. Aku pun, langsung kaget dan penasaran “Ada apa bu? kok ibu terlihat marah dan kecewa?” tanyaku “Ternyata, pak kades benar benar menyetujui pembangunan perusahaan pengelola kayu jati, apakah beliau tidak sadar tindakannya yang gegabah itu, dia seenaknya saja mengambil keputusan, tanpa meminta pendapat ibu” ucap ibu dengan emosi memuncak “Ibu, lebih baik kita segera ke hutan dan menanyakan langsung hal ini pada pak kades” saranku pada ibu. Emosi ibu kembali mereda, ibu pun menyetujuinya aku dan ibu bergegas, menuju hutan. Ternyata di hutan desa, sangat ramai warga, para warga melihat proses pembebasan lahan, bahkan, ada juga yang berjualan di sekitarnya, demi mendapatkan uang. Hal itu terjadi, karena ada proyek besar di desa. Ibu langsung menemui pak kades, yang sedang berbincang bincang dengan ajudannya. Emosi ibu tidak dapat tertahan lagi “Pak, apa yang anda lakukan semua ini?” tanya ibu dengan lantang. Sampai samapai warga memperhatikan ibu. “Lho, anda kok tiba tiba marah? saya tidak mengerti maksud anda” jawab pak kades yang terlihat tenang. “Anda menyetujui proyek yang akan merugikan warga, dalam jangka waktu yang panjang, apakah bapak tidak berpikir bahaya apa saja yang akan ditimbulkan?” ucap ibu kecewa. Pak kades langsung membalas perkataan ibu “Saya kepala desa di sini, saya mengerti kebutuhan warga saya, anda tidak bisa menentang kebijakan saya” jawab pak kades. “Oh, begitu, saya tau semua, ini sebuah pencitraan kah? baiklah, saya tidak akan berbicara panjang lebar, saya peringatkan, proyek ini tidak akan bisa berjalan lama! anda yang menghancurkan, dan anda juga yang menanggung akibatnya, anda akan menyesal suatu saat nanti” jelas ibu dengan tegas. Pak kades tersenyum sinis “Lihat! warga mendukung kebijakan saya, dengan hadir di proyek ini, hahahaha..” jawab pak kades dengan angkuhnya. Ibu langsung pergi, tanpa menghiraukannya. Akhirnya, ibu mengambil tindakan dengan usulan penghentian proyek besar di desaku. Melalui instansi terkait lingkungan hidup. Tetapi apa daya, usaha yang dilakukan ibu gagal. Ternyata alasannya adalah ingin menyejahterakan’ rakyat melalui proyek besar di desaku. Tak kenal lelah, demi memperjuangkan kelestarian alam, ibuku mencari bantuan kesana kemari untuk menghentikan proyek itu, tetapi tetap saja tidak ada hasilnya karena perbedaan pendapat. Ibuku pun, menyerah pada keadaan ini “Mengapa? karena alasan ingin sejahtera, apakah mereka tidak sadar? bahwa lingkungannya akan hancur dan pasti, mereka akan menjadi korbannya, alam akan menjadi musuh jika kita tidak memeliharanya dan alam akan bersahabat, jika kita memeliharanya” kata ibuku hampir meneteskan air mata kesedihan karena usahanya gagal. Aku, sebagai anaknya menenangkan ibuku. “Ibu, nasya mohon, ibu jangan bersedih, mungkin kita tidak dapat menghentikan, tapi kita bisa mendoakan mereka supaya diberi kesadaran bu” jawabku sambil menghapus air matanya “Terima kasih nak, ternyata anak ibu mulai tumbuh menjadi dewasa, dan bijak” mendengarnya aku tersenyum malu “Ah, ibu bisa saja, memuji nasya” Seiring berjalannya waktu, desaku semakin tak terkendali, desaku tertimpa bencana akibat proyek besar pembangunan perusahaan kayu jati itu. Warga desa, banyak yang mengeluhkan, kebijakan dari pak kepala desa. Dan akhirnya, pak kepala desa diberhentikan dari jabatannya, karena kebijakannya yang merugikan kehidupan rakyat. Meskipun pak kepala desa, tidak lagi menjabat, tidak akan bisa mengubah keadaan desaku, yang semakin lama akan mencapai puncak kehancuran. Pada suatu hari, hujan yang sangat deras menerjang desaku, pohon pohon di desaku, tidak bisa menyerap air hujan lagi, waduk desa juga sudah tidak dapat membendung, banyaknya air hujan. Sungai di desaku akhirnya meluap, karena alirannya yang tersumbat oleh banyaknya sampah. Air bah sungai desa, menghancurkan desaku. Aku dan ibu hanya bisa berpasrah, mengahadapi ujian kehidupan ini, atas izin allah, aku dan ibu bisa selamat. Kami takut kehilangan satu sama lain “Inilah, yang akan diterima bagi setiap orang, yang tidak peduli dengan lingkungannya, ibu telah gagal memelihara lingkungan” ucap ibu dalam keadaan lemas. Lalu aku dan ibu berpelukan, berharap akan ada kehidupan yang lebih indah, dengan lingkungan alam yang masih terjaga keasriannya. Contoh 2 Dunia Kita Semakin Gelap karya Salsabila Husniyya Jam menunjukkan pukul pagi. Namun, asap kendaraan sudah menyebar ke mana-mana. Klakson-klakson mobil dan motor terus berbunyi yang menandakan kekesalan pengendara ketika macet. Ya, rumah Putri memang berada di pinggir jalan raya. Setiap pagi dan sore, Putri terpaksa untuk menghirup udara yang kotor. Pemandangan yang dilihatnya hanyalah kemacetan. Musik yang didengarnya hanyalah klakson-klakson motor dan mobil. Putri selalu berkhayal agar kelak udara yang ada di sekitar rumahnya menjadi bersih tanpa asap kendaraan, pemandangan yang dilihatnya menjadi gunung-gunung yang hijau dan langit-langitnya yang berwarna biru cerah, dan juga kendaraan-kendaraan yang berkurang. Selain itu, Putri juga memiliki impian agar kelak ia memiliki sebuah taman yang besar dan dipenuhi oleh pohon-pohon dan bunga-bunga yang indah, lalu ia akan membuat peraturan agar tumbuhan-tumbuhan di sana tidak boleh dirusak. Namun, impian itu tak akan bisa terwujud apabila Putri tidak melakukan sesuatu. Ia harus menanam pohon, bunga, dan tanaman lainnya, lalu ia harus membeli lahan yang besar untuk dijadikan taman, peralatan berkebun seperti pupuk, air, dan lainnya juga harus dibeli. Tentu saja hal itu membutuhkan biaya yang banyak. “Uhuk.. uhuk!!” “loh? Putri kamu batuk lagi?” tanya Mia, teman dekat Putri. “Iya, niih.. mungkin karena aku keseringan menghirup udara yang kotor,” jawab Putri. “Hmm.. aku jadi kasihan sama kamu. Kamu udah minum obat belum?” tanya Mia lagi. “Tenang aja.. udah kok!” jawab Putri. Lalu, keduanya pun memasukki kelas. Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Kami memulai pelajaran. Pelajaran pertama adalah pelajaran Matematika. Selama pelajaran matematika berlangsung, Mia terlihat murung. Putri yang melihatnya, langsung memergokinya. “Hei, Mia! Kenapa kamu murung? Kamu sakit? Padahal tadi pagi kamu terlihat ceria banget..” kata Putri. “Oh-eh-hmm.. aku nggak kenapa-kenapa kok! Aku sehat walafiat!” jawab Mia kembali bersemangat. “Syukurlah kalau begitu, ku kira kamu sakit atau apaa..” kata Putri sambil kembali mendengarkan Bu Moni, guru matematika. Kegiatan belajar-mengajar berakhir pada pukul tepat. Siswa-siswi di sekolah ini kembali ke rumah masing-masing. Namun, sebelum pulang Mia ingin berbicara pada Putri. Mia mengajak Putri ke taman belakang sekolah. Di sanalah tempat favorit Putri dan Mia. “Ada apa?” tanya Putri sambil duduk di tempat duduk yang tidak asing bagi mereka. “Hmm.. gini, aku punya saran. Tapi kamu jangan tertawa tapi juga jangan marah, ya..” jawab Mia sambil menundukkan kepalanya. “Memangnya ada apa sih? Sampai kamu bawa-bawa aku ke sini?” tanya Putri. “Gini loh.. aku ingin mewujudkan cita-cita kamu..” kata Mia. “Hahaha.. Nggak mungkin Mi! Kita nggak punya uang yang banyak kayak orangtua kamu. Kita nggak punya lahan yang besar untuk dijadikan taman. Kita nggak punya ilmu untuk berkebun!” tolak Putri sambil tertawa. “Ki-kita kan nggak perlu lahan yang besar! Kita hanya perlu lahan yang ukurannya pas. Kalau ilmu, kita bisa belajar,” jawab Mia. “Memangnya kita punya lahan?” “Punya. Keluargaku punya 1 lahan yang memang tidak terlalu besar. Namun, jika untuk dijadikan taman ukurannya tidak terlalu kecil.” “Oh.. lalu bagaimana dengan biaya untuk bibit dan peralatan berkebun lainnya? Aku tidak mau melibatkan orangtuaku ataupun orangtuamu..” “Ideku, kita harus membuat toko kecil sementara untuk menjual berbagai macam barang. Seperti karya seni atau apalah..” jawab Mia. “Bagus juga! Tapi aku ingin meminta kerja sama teman-teman sekelas kita..” saran Putri. “Oke!” Setelah banyak bercakap-cakap, mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Putri terlihat senang karena Mia mau membantu untuk mewujudkan impiannnya. Mia juga terlihat senang karena bisa membantu teman dekatnya untuk mewujudkan impiannya. Malam itu, Putri memandangi langit-langit. Lagi-lagi, ia berkhayal tentang impiannya yang sebentar lagi terwujud. Alangkah senang hatinya. Dia bersyukur sudah dipertemukan dengan teman sebaik Mia. Putri berjanji jika nanti ia mampu untuk mewujudkan impian Mia, ia akan melakukannya. Besoknya, Putri dan Mia mengajak teman-teman sekelasnya untuk membuat impian Putri menjadi kenyataan. Alhamdulillah, ternyata semua teman sekelasnya setuju dengan tujuan Putri dan Mia dan mereka siap membantu. Hari itu juga, kami membagi-bagi tugas. Ardi akan membuat meja kecil karena ayahnya seorang ahli kayu, Nina akan membuat gantungan kunci karena ia kreatif, Dodi akan membuat spanduk dan brosur-brosur, Fani akan membuat kreasi tangan dari rotan karena ia pandai membuat kreasi tangan, Farhan akan melukis karena ia berbakat, lalu masih banyak yang lainnya. Toko kecil ini akan diadakan di rumah Putri. Sudah 1 minggu toko di depan rumah Putri buka. Setiap harinya, toko itu selalu ramai dengan pengunjung-pengunjung yang datang untuk membeli barang-barang yang dijual di toko itu. Namun ada juga yang hanya sekadar melihat-lihat saja. Untung saja, toko itu buka saat sekolah Putri libur. Itu menjadi bermanfaat karena setiap waktu Putri dan teman-temannya bisa menjaga toko kecil mereka. Penghasilan setiap harinya, selalu tidak kurang dari Alhamdulillah.. “Put, sepertinya uang kita sudah cukup untuk membeli perlengkapan berkebun dan untuk membeli bibit-bibit tanaman,” kata Mia. Toko di rumah Putri sudah berjalan selama 3 bulan. Penghasilan yang didapat sudah terkumpul dan hasilnya lumayan. Hari ini Mia mengajak Putri untuk membeli perlengkapan berkebun dan bibit-bibit tanaman yang akan ditanam di tanah Mia yang akan dijadikan taman. Kebetulan sekali, ternyata tanah itu berada di dekat rumah Mia. Hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumah Putri. Sedangkan toko peralatan berkebun, berada jauh dari rumah Putri. Untuk sampai di sana, memerlukan waktu 20 menit. Itu pun kalau tidak macet. “Hmm.. iya, betul juga,” jawab Putri. “Kalau begitu, ayo kita belanjakan!” seru Mia bersemangat. “Hmm.. tapi aku masih ragu. Bagaimana kalau uang kita ternyata tidak cukup?” tanya Putri khawatir. “Aku akan membayar kekurangannya,” jawab Mia enteng. “Terima kasih Mia.. Kamu banyak sekali membantu.” “Sama-sama, ayo berangkat!” seru Mia. Mereka berangkat menuju toko perlengkapan berkebun. Hari ini tidak terlalu macet. Jadi mereka sampai tepat waktu. Toko ini berbentuk supermarket berkebun. Tokonya bernama “Antonio’s Gardening Supplies” Di sana mereka membeli sekop, ember, selang, pupuk, bibit, dan masih banyak yang lainnya. Setelah lelah mengelilingi supermarket yang cukup besar itu, Putri dan Mia akhirnya sampai di meja kasir. Mereka membayar tagihan. Untung saja uang mereka tidak kurang. Itu karena, Putri dan Mia membeli yang cukup murah namun berkualitas bagus. “Mi, uangnya lebih dikit. Mau dibeliin apa?” tanya Putri di tengah perjalanan pulang mereka. “Hmm.. gimana kalau kita menyewa tukang kayu untuk membuatkan kursi-kursi kecil yang nanti akan diletakkan di taman?” usul Mia. “Apa!? Itu kan mahal. Uang kita sisa sedikit lagi,” tolak Putri. “Aku bisa membayarnya,” jawab Mia santai. “Tapi, emang nggak apa-apa?” tanya Putri meyakinkan. Mia mengangguk. “Selama kamu masih bisa bantu aku untuk berjualan di toko kita.” “Hehehe.. pastinya dong!” jawab Putri semangat. “Pak, mampir ke toko kayu ya..” ujar Mia kepada sopirnya. “Baik!” jawab sang sopir. Satu tahun kemudian. “Put!! Ini, gimana? Kamu udah beli bibit lagi belum!?” tanya Mia setengah berteriak di keramaian taman kota saat itu. “BELUM!!!” jawab Putri berteriak. “Putri!! Paman Antonio menelepon!!” panggil Mia lagi. “Angkat saja olehmu! Aku sedang mengurusi pelanggan-pelangganku!” jawab Putri lagi. Itulah keseharian Putri yang baru. Setiap harinya selalu disibukkan dengan taman kecilnya. Ia harus mengurus pelanggan, menanam pohon-pohon baru, mendapat tamu, pokoknya sibuk deh! Sekarang selain di dekat rumahnya, Putri juga memiliki taman di daerah lain. Yang satu ini, benar-benar miliknya. Dan rencananya, Putri akan membuka satu lagi taman miliknya di daerah lain. Semakin hari, Putri semakin sibuk. Walaupun begitu, ia tidak lupa dengan sekolahnya. Daerah sekitar Putri semakin bersih dan kemacetan pun berkurang. Demikian contoh cerpen singkat tentang lingkungan alam. Semoga bermanfaat. Uploaded byBob Tio Graphia 0% found this document useful 0 votes0 views3 pagesDescriptionMengenal LingkunganCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes0 views3 pagesFormatif 1 Mengenal LingkunganUploaded byBob Tio Graphia DescriptionMengenal LingkunganFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

ceritakan tentang lingkungan tempat tinggalmu